Wednesday, April 13, 2011

User generated content (UCG) Panduan lengkap dan strategi

user_generated_content_book

User generated content (UCG) saat ini menjadi trend dikalangan pebisnis inyternet marketing atau dikalangan Publisher. Apalagi setelah google mengeluarkan alogaritma baru yang membabat habis situs situs yang tidak mutu, situs copas, dan situs auto generate content yang meresahkan pengguna internet. Auto genereated content merupaka strategy internet marketing yang sangat dibenci google, google mengharapkan orang bisa memposting artikel yang baik yang berguna bagi banyak orang dan original content. Strategi User generated content merupakan cara internet marketing yang baik dan disukai google karena selain original, dan unik juga selalu update. Berikut ulasan lengkap mengenail kunci sukses dan panduan lengkap User generated content (UCG) yang dikutip dari kompas.com.

Untuk mengembangkan UCG agar digemari banyak orang, strategi branding adalah salah satu hal yang penting dipelajari. Amalia E. Maulana, PhD, Brand Consultant & Etnografer dari Etnomark Consulting, berbagi tips melakukan strategi branding dalam seminar SparxUp di Gedung IDS, Epicentrum Walk, Jakarta, Senin (11/4/2011) lalu.

Menurutnya, startegi branding harus dilakukan agar masyarakat luas bisa mengingat suatu merek produk atau layanan tanpa harus banyak melakukan komunikasi. Pengembang web harus punya kiat jitu menerangkan tagline, bagaimana menghadapi trial and error, dan yang paling penting adalah evaluasi.

"Kebanyakan mereka lelah dengan trial and error, padahal trial and error bisa dipelajari dengan seringnya evaluasi," tambah Amalia. Ia mengatakan bahwa banyak pengembang web pemula yang melupakan evaluasi, baik berupa evaluasi jumlah pengguna, keinginan pengguna, sampai evalausi trial and error.

Faktor yang menjadi kunci sukses layanan UCG menurut Amalia adalah:

1. Clear Identity (komunikasikan dengan jelas, siapa Anda dan perusahaan Anda)

2. Sense of Community (kedekatan antara produsen dan konsumen dari komunitas yang terjalin)

3. Rewards (memberikan timbal balik kepada konsumen)

4. Poperly Managed (memiliki moderator aktif yang mengawasi trafik, penyaringan isi yang terarah, keterlibatan ahli).

5. Wawasan tentang stakeholders yang bisa dipelajari.

6. Brand management yang berkesinambungan, untuk menghasilkan kekuatan merek yang tahan lama.

Amalia juga menambahkan bahwa ada hal-hal yang tidak terkontrol oleh pengembang web, seperti jumlah pengunjung, brand image, update konten eksternal, interaksi, dan engangement. Sedangkan hal-hal yang selalu diperhatikan antara lain value propositions, strategi komunikasi dan aktivasi brand, update konten internal, aktifitas interaktif seperti moderator dan respon, serta riset.

"Sekarang pengembang web harus mulai memperhatikan uncontrollable aspects tersebut," tambah Amalia.

Amalia juga membagi panduan membuat branding portal/community:

1. Mengerti tentang nilai pengunjung

2. Memiliki segmentasi, target, dan menentukan posisi komunitas

3. Desain dan ciptakan nilai proposisi

4. Aktivasi dan komunikasi

5. Maintenance

6. Assessment

7. Redesign and redefine, mendesain dan mendefinisikan ulang tentang branding.

Dalam presentasinya, Amalia memberi gambaran tentang tagline, penjelasan tagline, dan rewards yang dilakukan beberapa portal yang dinilai bisa menjadi contoh. Antara lain seperti Kompasiana.com, GantiBaju.com, Kaskus.com, Fotografer.net, Salingsilang, Natural Cooking Club, Jalansutra, ForumSains.com, MT5, dan OLX. (sumber kompas)